Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Tuan malam ini terkurung dalam kotak, dia tak sendiri, puluhan orang bersamanya dalam ruangan berbentuk kotak itu, tapi semua orang-orang itu masing-masing bersama rasa sepinya, hanya rasa sesak dan panas yang akan menyadarkan mereka bahwa mereka tidak merenungi diri, berkhayal tentang apa yang telah dan sedang terjadi di luar sana. Tentang rumah, kawanannya, cintanya, dan jalan-jalan yang sudah berulang kali selalu dia lewati dulu, semua hal terpampang jelas depan matanya, dalam khayalnya."Breathe, keep breathing" Seorang dalam ruangan terdengar bergumam melantunkan "Exit Music" dari Radiohead. Tuan lalu menoleh pada seorang yang menggumamkan lirik tersebut, tuan akhirnya tersadar kembali bahwa dia tidak sendiri. Rasa panas dan sesak tiba-tiba dia rasakan. Khayalannya tadi berhasil membawanya jauh dari tempatnya sedang membaringkan badannya yang dihimpit kiri dan kanan oleh penghuni lain ruangan tersebut. Tuan menarik dan menghembuskan nafasnya yang berat. Entah pukul berapa dia akan tertidur, dia masih memiliki sebatang rokok, tapi menurutnya saat itu, lebih baik memegang rokoknya tanpa dibakar, sesekali dia hisap begitu saja. Sungguh dia telah lihai berkhayal untuk sekedar membodohi perasaannya tidak sendiri, semakin sesak dan panas dalam kotak yang berpintu jeruji terbangun dini hari, mendapati dirinya tergeletak dikasur empuk, tangannya menjulur kedepan seperti memeluk yang tak ada. Dia sudah mulai merasa biasa saja mendapati dirinya terbangun di pagi yang masih gelap, lagu "Putih" dari Efek Rumah Kaca sedang terputar sedari tadi, dia memutarnya menggunakan turntable sebelum merebahkan badannya, hingga akhirnya dia tertidur tanpa lalu bangun dan berjalan menuju kursi yang di depannya ada meja dengan segelas air putih, asbak juga rokok. Dia mengambil rokok dan membakarnya."uuuuuhuk huk" dia tersendak dihisapan pertamanya, air putihnya segera dia minum lalu kembali menghisap rokok yang sudah dia bakar, puan sudah tampak ahli menirukan kebiasaan pria yang paling dia kosong menghadap kejendela kamarnya yang masih terbuka, di jendela itu juga ada meja di mana dia meletakkan turntable-nya. Tatapannya kosong, mungkin dia melihat tiap kejadian lirik lagu dalam tatapan kosong itu, atau mungkin malam itu memang hanya benar-benar kosong saja. Tapi kota yang tuan dan puan tinggali bukanlah kota yang punya kesempatan untuk tertidur lelap. Kota masih sibuk bekerja, uang terus berputar seirama dengan putaran botol-botol dan musik di lantai dansa para hedonis keterununan keluarga si adalah di mana saat semua lampu menyala, di salah satu lampu yang masih menyala, di bawahnya ada seorang tuhan imitasi kualitas rendahan bertelanjang dada sedang mencoba merakit cerita, lalu akhirnya mengakhiri Kasih, sampai jumpa. Lihat Cerpen Selengkapnya
KenangKematian Munir 7 September 2004 Lewat Lagu Efek Rumah Kaca, Di Udara. AKURAT.CO Tanggal 7 September menjadi hari terkelam dalam
Tipis ozon berlubang Debu kosmik hujan asam Matahari tiada tirai Bakal bunga tak mekarDaun-daun berlubang Tak berputar energi Wajah bumi menangis Sedang kita tak mengertiKita akan terbakar Kita akan wariskan Untuk anak dan cucu kita
Kamudapat mendengarkan lagu dari Efek Rumah Kaca berjudul Putih nih. Liriknya ini menggambarkan tentang kematian dan kehidupan lainnya yang masih berlanjut. Hipwee sendiri “merinding” saat mendengar dan menjiwai lirik demi lirik dalam lagu tersebut. Jujur deh, deskripsi yang cukup jelas ini sukses bikin kamu sedih dan ingat akan dosa-dosa
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID BJBLGq01Xjl_w7hneqFK3f-buJl5S4eMxTgrzV1pa26sqkvel7ljfw==
Berikutcuplikan syair nyanyian / teks dari lagunya: " berhati-hati, awas jalan berduri / padahal hanya segitu saja apa yang engkau bakar, inginnya bentrokan / alunannya asal, jauh dari handal / tak masuk akal, kacau menjurus brutal ngakunya seluas cakrawala / ternyata retak dimana-mana dipilang, dipisah, agar gampang ".
Band Efek Rumah Kaca tampil di Java Jazz Festival 2020 yang digelar di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat 28/2/2020. THIFAL RAHMAH
qG0W. s6ucc37rlf.pages.dev/128s6ucc37rlf.pages.dev/522s6ucc37rlf.pages.dev/93s6ucc37rlf.pages.dev/352s6ucc37rlf.pages.dev/143s6ucc37rlf.pages.dev/192s6ucc37rlf.pages.dev/472s6ucc37rlf.pages.dev/450
lirik lagu putih efek rumah kaca